Sabtu, 17 Desember 2011

wortel, telur, dan kopi.

Diposting oleh Sii Alfa di 21.26 0 komentar

Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.

Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api.

Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api.

Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.

Lalu ia bertanya kepada anaknya, “Apa yang kau lihat, nak?”"Wortel, telur, dan kopi” jawab si anak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras.

Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si anak bertanya, “Apa arti semua ini, Ayah?”

Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi ‘kesulitan’ yang sama, melalui proses perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.

Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut.

“Kamu termasuk yang mana?,” tanya ayahnya. “Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?” Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.”

“Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan maka hatimu menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?.”

“Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat.”

“Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.”

“Ada raksasa dalam setiap orang dan tidak ada sesuatupun yang mampu menahan raksasa itu kecuali raksasa itu menahan dirinya sendiri”

Sabtu, 03 Desember 2011

BOCAH MISTERUS

Diposting oleh Sii Alfa di 21.40 0 komentar

Beberapa tahun silam saya menemukan di sebuah milis posting menarik dan menggugah bertajuk “Bocah Misterius”. Setiap kali saya publish, respon an comment yang datang sangat banyak. Karena itu saya merasa perlu mempublishnya lagi menjelang Ramadhan yang sangat kita tunggu.

Bocah itu menjadi pembicaraan dikampung Ketapang. Sudah tiga hari ini ia mondar-mandir keliling kampung. Ia menggoda anak-anak sebayanya, menggoda anak-anak remaja diatasnya, dan bahkan orang-orang tua. Hal ini bagi orang kampung sungguh menyebalkan.

Yah, bagaimana tidak menyebalkan, anak itu menggoda dengan berjalan kesana kemari sambil tangan kanannya memegang roti isi daging yang tampak coklat menyala. Sementara tangan kirinya memegang es kelapa, lengkap dengan tetesan air dan butiran-butiran es yang melekat diplastik es tersebut.

Pemandangan tersebut menjadi hal biasa bila orang-orang kampung melihatnya bukan pada bulan puasa! Tapi ini justru terjadi ditengah hari pada bulan puasa! Bulan ketika banyak orang sedang menahan lapar dan haus. Es kelapa dan roti isi daging tentu saja menggoda orang yang melihatnya. Pemandangan itu semakin bertambah tidak biasa, karena kebetulan selama tiga hari semenjak bocah itu ada, matahari dikampung itu lebih terik dari biasanya.

Luqman mendapat laporan dari orang-orang kampong mengenai bocah itu. Mereka tidak berani melarang bocah kecil itu menyodor-nyodorkan dan memperagakan bagaimana dengan nikmatnya ia mencicipi es kelapa dan roti isi daging tersebut. Pernah ada yang melarangnya, tapi orang itu kemudian dibuat mundur ketakutan sekaligus keheranan. Setiap dilarang, bocah itu akan mendengus dan matanya akan memberikan kilatan yang menyeramkan.

Membuat mundur semua orang yang akan melarangnya. Luqman memutuskan akan menunggu kehadiran bocah itu. Kata orang kampung, belakangan ini, setiap bakda zuhur, anak itu akan muncul secara misterius. Bocah itu akan muncul dengan pakaian lusuh yang sama dengan hari-hari kemarin dan akan muncul pula dengan es kelapa dan roti isi daging yang sama juga! Tidak lama Luqman menunggu, bocah itu datang lagi. Benar, ia menari-nari dengan menyeruput es kelapa itu.

Tingkah bocah itu jelas membuat orang lain menelan ludah, tanda ingin meminum es itu juga. Luqman pun lalu menegurnya.. Cuma,ya itu tadi,bukannya takut, bocah itu malah mendelik hebat dan melotot, seakan-akan matanya akan keluar. “Bismillah.. .” ucap Luqman dengan kembali mencengkeram lengan bocah itu. Ia kuatkan mentalnya. Ia berpikir,kalau memang bocah itu bocah jadi-jadian, ia akan korek keterangan apa maksud semua ini.

Kalau memang bocah itu “bocah beneran” pun, ia juga akan cari keterangan, siapa dan dari mana sesungguhnya bocah itu. Mendengar ucapan bismillah itu, bocah tadi mendadak menuruti tarikan tangan Luqman. Luqman pun menyentak tanggannya, menyeret dengan halus bocah itu, dan membawanya ke rumah. Gerakan Luqman diikuti dengan tatapan penuh tanda tanya dari orang-orang yang melihatnya. “Ada apa Tuan melarang saya meminum es kelapa dan menyantap roti isi daging ini? Bukankah ini kepunyaan saya?” tanya bocah itu sesampainya di rumah Luqman, seakan-akan tahu bahwa Luqman akan bertanya tentang kelakuannya.

Matanya masih lekat menatap tajam pada Luqman. “Maaf ya, itu karena kamu melakukannya dibulan puasa,” jawab Luqman dengan halus,”apalagi kamu tahu, bukankah seharusnya kamu juga berpuasa? Kamu bukannya ikut menahan lapar dan haus, tapi malah menggoda orang dengan tingkahmu itu..” Sebenarnya Luqman masih akan mengeluarkan uneg-unegnya, mengomeli anak itu. Tapi mendadak bocah itu berdiri sebelum Luqman selesai. Ia menatap Luqman lebih tajam lagi.

“Itu kan yang kalian lakukan juga kepada kami semua! Bukankah kalian yang lebih sering melakukan hal ini ketimbang saya..?! Kalian selalu mempertontonkan kemewahan ketika kami hidup dibawah garis kemiskinan pada sebelas bulan diluar bulan puasa? Bukankah kalian yang lebih sering melupakan kami yang kelaparan, dengan menimbun harta sebanyak-banyaknya dan melupakan kami? Bukankah kalian juga yang selalu tertawa dan melupakan kami yang sedang menangis? Bukankah kalian yang selalu berobat mahal bila sedikit saja sakit menyerang, sementara kalian mendiamkan kami yang mengeluh kesakitan hingga kematian menjemput ajal..?! Bukankah juga di bulan puasa ini hanya pergeseran waktu saja bagi kalian untuk menahan lapar dan haus? Ketika bedug maghrib bertalu, ketika azan maghrib terdengar, kalian kembali pada kerakusan kalian…!?” Bocah itu terus saja berbicara tanpa memberi kesempatan pada Luqman untuk menyela.

Tiba-tiba suara bocah itu berubah. Kalau tadinya ia berkata begitu tegas dan terdengar “sangat” menusuk, kini ia bersuara lirih, mengiba. “Ketahuilah Tuan.., kami ini berpuasa tanpa ujung, kami senantiasa berpuasa meski bukan waktunya bulan puasa, lantaran memang tak ada makanan yang bisa kami makan. Sementara Tuan hanya berpuasa sepanjang siang saja.

Dan ketahuilah juga, justru Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan lah yang menyakiti perasaan kami dengan berpakaian yang luar biasa mewahnya, lalu kalian sebut itu menyambut Ramadhan dan ‘Idul Fithri? Bukankah kalian juga yang selalu berlebihan dalam mempersiapkan makanan yang luar biasa bervariasi banyaknya, segala rupa ada, lantas kalian menyebutnya dengan istilah menyambut Ramadhan dan ‘Idul Fithri? Tuan.., sebelas bulan kalian semua tertawa di saat kami menangis, bahkan pada bulan Ramadhan pun hanya ada kepedulian yang seadanya pula. Tuan.., kalianlah yang melupakan kami, kalianlah yang menggoda kami, dua belas bulan tanpa terkecuali termasuk di bulan ramadhan ini. Apa yang telah saya lakukan adalah yang kalian lakukan juga terhadap orang-orang kecil seperti kami…! Tuan.., sadarkah Tuan akan ketidak abadian harta?

Lalu kenapakah kalian masih saja mendekap harta secara berlebih? Tuan.., sadarkah apa yang terjadi bila Tuan dan orang-orang sekeliling Tuan tertawa sepanjang masa dan melupakan kami yang semestinya diingat? Bahkan, berlebihannya Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan bukan hanya pada penggunaan harta, tapi juga pada dosa dan maksiat.. Tahukah Tuan akan adanya azab Tuhan yang akan menimpa? Tuan.., jangan merasa aman lantaran kaki masih menginjak bumi.

Tuan…, jangan merasa perut kan tetap kenyang lantaran masih tersimpan pangan ‘tuk setahun, jangan pernah merasa matahari tidak akan pernah menyatu dengan bumi kelak….” Wuahh…, entahlah apa yang ada di kepala dan hati Luqman. Kalimat demi kalimat meluncur deras dari mulut bocah kecil itu tanpa bisa dihentikan. Dan hebatnya, semua yang disampaikan bocah tersebut adalah benar adanya! Hal ini menambah keyakinan Luqman, bahwa bocah ini bukanlah bocah sembarangan. Setelah berkata pedas dan tajam seperti itu, bocah itu pergi begitu saja meninggalkan Luqman yang dibuatnya terbengong-bengong.

Di kejauhan, Luqman melihat bocah itu menghilang bak ditelan bumi. Begitu sadar, Luqman berlari mengejar ke luar rumah hingga ke tepian jalan raya kampung Ketapang. Ia edarkan pandangan ke seluruh sudut yang bisa dilihatnya, tapi ia tidak menemukan bocah itu. Di tengah deru nafasnya yang memburu, ia tanya semua orang di ujung jalan, tapi semuanya menggeleng bingung. Bahkan, orang-orang yang menunggu penasaran didepan rumahnya pun mengaku tidak melihat bocah itu keluar dari rumah Luqman! Bocah itu benar-benar misterius! Dan sekarang ia malah menghilang! Luqman tidak mau main-main. Segera ia putar langkah, balik ke rumah. Ia ambil sajadah, sujud dan bersyukur.

Meski peristiwa tadi irrasional, tidak masuk akal, tapi ia mau meyakini bagian yang masuk akal saja. Bahwa memang betul adanya apa yang dikatakan bocah misterius tadi. Bocah tadi memberikan pelajaran yang berharga, betapa kita sering melupakan orang yang seharusnya kita ingat..

Yaitu mereka yang tidak berpakaian, mereka yang kelaparan, dan mereka yang tidak memiliki penghidupan yang layak. Bocah tadi juga memberikan Luqman pelajaran bahwa seharusnya mereka yang sedang berada diatas, yang sedang mendapatkan karunia Allah, jangan sekali-kali menggoda orang kecil, orang bawah, dengan berjalan membusungkan dada dan mempertontonkan kemewahan yang berlebihan. Marilah berpikir tentang dampak sosial yang akan terjadi bila kita terus menjejali tontonan kemewahan, sementara yang melihatnya sedang membungkuk menahan lapar.

Luqman berterima kasih kepada Allah yang telah memberikannya hikmah yang luar biasa. Luqman tidak mau menjadi bagian yang Allah sebut mati mata hatinya. Sekarang yang ada dipikirannya sekarang , entah mau dipercaya orang atau tidak, ia akan mengabarkan kejadian yang dialaminya bersama bocah itu sekaligus menjelaskan hikmah kehadiran bocah tadi kepada semua orang yang dikenalnya, kepada sebanyak-banyaknya orang.

Kejadian bersama bocah tadi begitu berharga bagi siapa saja yang menghendaki bercahayanya hati. Pertemuan itu menjadi pertemuan yang terakhir. Sejak itu Luqman tidak pernah lagi melihatnya, selama-lamanya. Luqman rindu kalimat-kalimat pedas dan tudingan-tudingan yang memang betul adanya. Luqman rindu akan kehadiran anak itu agar ada seseorang yang berani menunjuk hidungnya ketika ia salah.

cerita aneh bkin kesel hati...:p

Diposting oleh Sii Alfa di 17.06 0 komentar

Ceritanya ada seorang anak cowok tunggal yang ditinggal
mati nyokapnya pas ngelahirin dia.
Sejak itu bokapnya jadi amat sangat workaholic sekali
dan nggak married² lagi. Ini anak tapi baik hati dan lemah
lembut walaupun cuma diurus sama pengasuh saja.

Pas TK, sementara anak² laen udah punya sepeda,
dia masih jalan kaki. Pengasuhnya ngadu ke bokapnya,
Tuan, nggak kasian sama den Bagus? Masa sepeda nggak
punya...apa tuan juga nggak malu?
Iya..nih..bokapnya tuh tajir banget deh.
Punya sekian perusahaan maka dipanggil-lah si anak,
ditawarin mau sepeda yang kayak gimana merek apa..
dan si anak cuma bilang,Aku nggak mau sepeda, Pi,
aku dibeliin topi item topi putih aja..

Lho kok gitu? Bingung dong bokapnya.
Kenapa topi item dan putih?
Nggak usah diterangin deh pi. Kalo papi punya uang yaa..
beliin itu aja.

Yah, mengingat mereka nggak pernah ngobrol, dan ini
anak juga masih TK, papinya pikir ya normal² aja anak
kecil minta topi item topi putih, jadi papinya nerima² aja.

Nggak berminat lanjutin, maka tetep-lah tu anak dibeliin
sepeda generasi terbaru saat itu, yang paling canggih, plus
topi item dan topi putih.

Trus ni anak masuk SD lah. Pas itu musim sepatu roda.
Sekian lama pengasuh pratiin, ni anak nggak minta²
dibeliin sepatu roda sama papinya. Sore² cuma duduk aja.
Sepedanya juga ditaruh di gudang.
Lagi nggak musim, katanya.

Pengasuhnya laporan pandangan mata dong ke tuannya
hingga si anak dipanggil lagi.
Nak, kamu mau dibeliin sepatu roda kayak temen² kamu?
Kok nggak bilang² papi. Nggak masalah cuma beli
sepatu roda aja...

Si anak bilang,nggak Pi, topi item dan topi putih saya
udah rusak..dibeliin lagi aja..nggak usah beli sepatu roda.
Lagian lebih murah topi kan Pi?

Yee..si papi geram dong. Ni anak ngeremehin papinya
sendiri, atau sok merendah?
So, tetep si papi beliin sepatu roda, plus topi item dan
topi putih.

Selang beberapa taun, ni anak masuk SMP.
Cerita sama terulang.
Sekarang temen²nya musim roller blade. Tren baru.
Sementara sore hari, dia masih setia sama sepatu rodanya.
Pas bokapnya pulang dari luar negri dan ngeliat anaknya
doang yang pake sepatu roda, si papi malu banget.
Gila, rumah gedong, perusahaan banyak, keluar negri terus...
eeh anaknya ketinggalan jaman.
Besoknya, di kamar anaknya udah ada sepasang roller
blade baru dengan note: Biar kamu nggak malu.

Malemnya di ruang kerja papinya ada note balesan:
Pi, kok nggak beliin topi item dan topi putih?
Aku lebih suka itu.
Weleh, si papi pas liat note itu dongkol tambah bingung.
Apaan sih istimewanya topi item dan topi putih?
Emang bisa bikin die beken atau nge-tren?

Besoknya dan besoknya lagi si papi berkali² nemuin note itu...
hingga dia nggak tahan dan membelikan anaknya topi item
dan topi putih untuk kesekian kalinya.
Bener, setelah dapet tu topi, si anak nggak ninggalin
note-note buat bokapnya lagi.

Pas SMA, yang jaraknya rada jauh, si anak masih ber-bis,
temen²nya udah ada yang bawa motor en mobil.
Suatu hari, tumben papinya di rumah, si anak pulang
dianterin temennya yang mau ditebengin.

Papi malu banget.. Masa cuma untuk anak satu nggak
bisa beliin mobil? Maka ditawarin anaknya.
Si anak nolak dengan alasan mobil kurang praktis,
lagian pengen topi item topi putih aja. Si bapak nggak
terima penolakan.
Karna anaknya udah gede, bisa berunding.
Hingga tercetus keputusan si anak dibeliin motor plus
topi item dan topi putih tentunya.

Dan si bapak kesel juga duong...
Udah berapa taun dia beberapa kali beliin dua macem
topi itu tanpa tau kenapa. Tapi si anak nggak ada
keinginan dan kemauan ngasih tau sih.

Hingga tibalah masa kuliah.
Karna seneng dan bangga masuk PTN,
si anak dikadoin mobil.
Sampe beberapa bulan si anak masih naek motoor aja.
Kuliah, pacaran, naek motor aja. Pacarnya juga bingung,
kan dia punya mobil?
Ditanya sama pacarnya, dijawab, abis papi nggak beliin
topi item topi putih. Nggak ngerti anak sendiri sih!

So, pas makan malem bersama, si pacar bilang sama papi,
kenapa si om nggak beliin topi item topi putih.
Si papi sebenernya sensitif sama para topi itu..huh..sampe
pacar anak gue nyuruh² jadi dia tanya balik dong kenapa.
Si pacar bilang kalo mobilnya nggak akan dipake selama
nggak dikasih topi itu juga.
Papi bingung dong, di kamar anaknya udah segitu banyak
topi item topi putih.
Buat apa sih, pikir papi. Tapi demi gengsi, anak orang lho
yang nanya, maka besoknya udah ada topi item topi putih
buat anaknya.

Suatu hari anaknya gaul ke Puncak bawa mobil,
sama pacarnya. Yah, namanya anak muda, pas lagi di jalan,
sipacar nyium dia en dia jadi grogi dan kecelakaan!! !

Segera di bawa ke rumah sakit, si papi juga ditelpon sama
rumah sakitnya. Tabrakannya parah.
Mereka berdua nggak ada yang pake seatbelt, yang cewek
mati seketika dan si cowok sudah sekarat.
Si papi dateng ke RS..gimana dok, anak saya?
Dokter (dengan tampang empati penuh duka cita):
Maaf pak, kami tidak dapat berbuat banyak.. sepertinya
memang sudah waktunya... sebaiknya bapak manfaatkan
waktu terakhir..

Perlahan si bapak masuk, nyamperin anaknya.
Pap, maafin saya..nggak hati² bawa mobilnya..
si anak juga nangis karna pacarnya nggak tertolong.
Si papi nenangin dia...akrablah dua manusia itu bbrp saat.
Hingga si papi beranggapan ini saat terakhir.
Dia inget penasaran dia tentang kenapa si anak selama ini
selalu minta topi item topi putih.

Nak, maafin papi selama ini yang selalu sibuk..kamu jadi
kesepian..maafin papi, nak. Nggak sempet jadi orang tua
yg baik
Anaknya jawab,nggak apa-apa pi, saya ngerti kok..
Cuma sempet kesel kalo papi punya uang lebih malah
beliin yang macem²....saya Cuma minta topi item dan
topi putih aja kan?
Si papi rasa timing-nya tepat nih,
KENAPA SIH KAMU SELALU MINTA TOPI ITEM
TOPI PUTIH...ADA APA DENGAN TOPI² ITU?
(pembaca juga penasaran kan..?)

Si anak jawab dengan terpatah² dan susah banget,
habis sudah sekarat dan masanya sudah hampir sampe...
sebab pi...saya...

*hep*

Kepalanya rebah dan nafasnya hilang.
Si anak sudah meninggal sebelum kasih tau papinya.

************ *
next
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
Maaf :

Nah, si papi aja yang udah hidup bareng anaknya aja ga tau...
apalagi AKu yang cuma nyeritain ulang?

GIMANA?!! Kesel ga sih?!

Tabokin aja yang pertama kali cerita,
tapi maapin yang ni karena Aku juga korban, nih!

Nggak enak lho jadi korban sendirian...
carilah korban² selanjutnyaa! !!!...
[kaskus]

 

Kita2Sahabat Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei